Tokoh asal Sumut yang juga dikenal publik sebagai pendiri Indonesia Police Watch (IPW), Neta Pane, menjadi salah satu yang cukup keras menanggapi manuver partai banteng gemuk itu.
Neta yang berpengalaman sebagai redaktur pelaksana di sejumlah media massa politik di Jakarta selama lebih dari satu dekade, terang-terangan mengatakan bahwa PDIP dan Ketua Umumnya, Megawati Soekarnoputri, sudah menghina masyarakat Sumut.
"Akibat ketidakmampuannya membangun kader kepemimpinan PDIP di Sumut, Megawati sudah menghina masyarakat Sumut," kritik Neta lewat pernyataan tertulisnya.
Alasannya mengatakan itu adalah karena sejak dulu Sumut merupakan gudang kader dan calon pemimpin bangsa. Banyak tokoh pers, pejuang dan pemimpin politik yang dilahirkan Sumut. Ia menyebut salah satunya Adam Malik yang pernah menjadi Wakil Presiden RI. Saat ini pun ia memandang banyak tokoh muda Sumut yang potensial, seperti Walikota Pematangsiantar.
"Di PDIP pun banyak anak-anak Sumut yang potensial untuk jadi tokoh nasional. Kenapa PDIP dan Megawati tidak melihat kenyataan ini dan tidak memberi kesempatan pada kader-kadernya di Sumut untuk menjadi Cagub? Apakah karena kurang peka dan tidak peduli dengan Sumut atau sengaja mau menghina warga Sumut?" ujar dia.
Ia mempertanyakan penunjukan Djarot yang sudah "afkir" alias ditolak oleh warga DKI Jakarta pada Pilgub 2017 lalu. Baginya, itu adalah kecerobohan luar biasa yang dilakukan PDIP selaku partai pemenang Pemilu 2014. Neta pun menganalisa sejak nama Djarot muncul beberapa waktu terakhir. Ia berani memastikan Djarot akan "keok".
Selain dukungan suara PDIP yang tidak memadai untuk Djarot, ia mengungkit istilah dalam budaya politik Jawa yaitu "Jago Pedotan". Yaitu, ayam jago yang sudah kalah dalam aduan langsung dibawa ke kedai gudeg untuk disayur sebab kalau diadu lagi pasti akan kalah juga.
Di kompetisi politik nasional, sudah banyak tokoh yang kalah dalam pemilihan dan terjatuh lagi karena mencoba berlaga untuk kedua kali. Salah satu yang merasakan stigma "Jago Pedotan" adalah Megawati sendiri.
"Fenomena ini sepertinya juga akan dialami Djarot. Jika itu terjadi, saya memprediksi dampaknya adalah perolehan suara PDIP di Sumut pada Pemilu 2019," tambahnya.
Dalam hal ini Neta berharap warga Sumut bisa menyadari bahwa banyak masih tokoh berkualitas di daerah mereka dan karena itulah Sumut tidak butuh figur "afkiran"
Mrl
0 Response to "PDIP Permalukan Masyarakat Sumatera Utara"
Posting Komentar